Ini merupakan pengalamanku yang pertama kali. Bau cairan sperma saja
sudah membuatku mual.. Apalagi tertelan! Pembaca bisa membayangkan
bagaimana rasanya.
"Sorry sayang... Oom tidak sengaja..." bisiknya menghiba seolah merasa bersalah.
Kemudian
dengan tanpa rasa jijik dilumatnya bibirku yang masih penuh cairan air
maninya itu sehingga rasa jijikku sedikit hilang. Lama kami berciuman
sampai akhirnya diambilnya ujung seprei dan dibersihkannya bibirku dari
sisa-sisa ceceran air maninya itu. Aku merasa terharu akan perlakuannya
dan rasa sayangku padanya pun mulai bertambah. Bukan kasih sayang antara
kepenakan... Eh keponakan dan paman melainkan rasa sayang sebagaimana
layaknya perempuan terhadap laki-laki.
Aku yang sudah merasa
lemas akhirnya tak mampu bergerak lagi. Aku lega sejauh ini aku masih
mampu mempertahankan mahkota keperawananku. Aku langsung tertidur.
Mungkin Oom Heru juga ikut tertidur. Karena aku sudah tidak ingat
apa-apa lagi.
Aku bangun ketika aku merasakan geli saat
payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Oom Heru
sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku
harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit.
Tubuh
telanjang Oom Heru menindihku. Tubuhnya yang tinggi besar membuat
tubuhku seolah-olah tenggelam dalam spring bed. Tanpa kusadari tanganku
pun mulai bergerak meremas-remas rambut Oom Heu yang sedang sibuk
melumat kedua puting payudaraku bergantian. Tubuh kami sudah mulai basah
oleh peluh kami yang mulai mengucur deras. Dalam posisi seperti itu
tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku.
Semakin lama benda yang terjepit di antara perut kami itu makin mengeras
dan terasa panas. Ohh, ternyata benda yang mengganjal itu adalah batang
kemaluan Oom Heru yang mulai mengeras.
Perlahan namun pasti
lidah Oom Heru mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa
jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin
mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti
itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku.
Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidah Oom Heru mulai
menelusuri tubuhku bagian samping ke aras bawah. Sekarang pinggangku
dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri.
"Oshhh.. Ohhh Omm.. Ohh" aku hanya mampu merintih.
Karena
bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal
ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar
ke bukit kemaluanku lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit
kemaluanku.
Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati
perut bagian bawahku, jari jari Oom Heru mulai bergerak menyusuri celah
hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya
bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang
analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya
mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku
kurasakan mengedut-ngedut.
Tiba-tiba Oom Heru membalik posisi
tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan
selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang aku dapat melihat
tanpa malu-malu lagi bentuk kemaluan laki-laki. Batang kemaluan Oom
Heru yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang
seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang
berwarna hitam kecoklatan. Gagah sekali bentuknya seperti meriam kecil
antik yang banyak kulihat dijual di sekitar candi Borobudur sana.
Aku
tidak sempat mengagumi benda itu berlama-lama, karena tiba-tiba
kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Oom
Heru menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun
membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang
kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar
pantatku terangkat ke atas saat bibir Oom Heru mulai menciumi bukit
kemaluanku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu
disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku.
Saking
gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepala Oom Heru untuk lebih
menekankan wajahnya ke bukit kemaluanku. Oom Heru pun menekan pantatnya
ke bawah hingga batang kemaluannya lebih dalam memasuki mulutku. Aku
hampir tersedak dan susah bernapas karena batang kemaluan oom Heru yang
besar itu menyumpal mulutku dan ujungnya hampir menyentuh
kerongkonganku, sementara rambut kemaluannya yang sangat lebat menutupi
hidungku!!
Aku gelagapan hingga tanpa sadar kucengkeram pantat
Oom Heru agar mengangkat pantatnya. Rupanya tindakanku berhasil karena
Oom Heru mengangkat pantatnya sedikit hingga aku dapat bernapas lega.
(Pembaca dapat membayangkan bagaimana rasanya hidung pembaca tersumpal
jembut... Eh rambut kemaluan laki-laki!! Sudah baunya apek... Ting
kruntel lagi kayak indomie pula!! Sedangkan mulut tersumpal batang
kemaluan!!)
Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Oom
Heru mulai menggesek-gesek kelentitku. Kelentitku rasanya membengkak dan
berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir
terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lagi... Namun saat desakan
di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Oom Heru menjauhkan
bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang
hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik Oom
Heru agar aku penasaran.
Oom Heru mengubah posisi lagi. Kini
wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara
kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium
bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat.
Sementara itu tubuh bagian bawah Oom Heru mulai menekan selangkanganku.
Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluan Oom Heru yang terjepit
bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku
tentunya!!
Hangat sekali rasanya batang kemaluan itu. Nikmat
sekali rasanya gesekan-gesekan yang ditimbulkannya saat pantatnya
bergerak maju-mundur.
"Oomhh.. Ja.. Jangan dimasukkan..!" kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku
tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus atau tidak, sebab sejujurnya
aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang
besar itu masuk ke lubang kemaluanku.
"Oke.. Sayang... Kalau
nggak boleh dimasukkan, Oom gesek-gesekkan di bibirnya saja ya..?" jawab
Oom Heru juga dengan napas yang terengah-engah.
Kemudian Oom
Heru kembali memasang ujung batang kemaluannya tepat di celah-celah
bibir kemaluanku. Aku merasa gemetar luar biasa ketika merasakan kepala
batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir kemaluanku. Lalu dengan
perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai
menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat
dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya
dengan khidmat.
Rupanya Oom Heru tidak puas dengan cara
seperti itu (Aku pun juga kurang puas sebenarnya..! Tapi gengsi dong
masak cewek minta duluan!!).
"Oom masukkin dikit ya sayang.."
bisik Oom Heru dengan napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya
sudah semakin meningkat. Aku sendiri yang juga sudah sangat terangsang
dan tidak berdaya karena sudah terbakar birahi hanya diam saja.
Karena
aku hanya diam, Oom Heru lalu memegang batang kemaluannya dan
dicucukannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin.
Dengan pelan didorongnya pantatnya hingga akhirnya ujung kemaluan Oom
Heru berhasil menerobos bibir kemaluanku. Aku menggeliat hebat ketika
ujung batang kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Walaupun
mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang
baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku.
Seperti janji Oom Heru, batang kemaluannya yang seperti lengan bayi itu
hanya dimasukkan sebatas ujungnya saja.
Meskipun hanya begitu,
kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris.
Sungguh batang kemaluan Oom Heru itu luar biasa nikmatnya. Liang
kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi baja batang
kemaluan Oom Heru yang bergerak maju-mundur secara pelahan.
Oom
Heru terus menerus mengayunkan pantatnya Mamaju-mundurkan batang batang
kemaluan sebatas ujungnya saja yang terjepit dalam liang kemaluanku.
Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih
terus berpagutan.
"Sakkith.. Oomhh..?" Aku menjerit pelan saat kurasakan betapa batang kemaluan oom Heru menyeruak semakin dalam.
Namun
rasa perih itu perlahan-lahan mulai menghilang saat Oom Heru
menghentikan gerakan batang kemaluannya yang begitu sesak memenuhi liang
kemaluanku. Rasa sakit itu mulai berubah menjadi nikmat karena batang
kemaluannya kurasakan berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Lalu
aku semakin mengawang lagi saat lidah Oom Heru yang panas mulai
menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya. Bulu kudukku serasa
merinding dibuatnya. Aku tak sadar lagi saat Oom Heru kembali mendorong
pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam laing
kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang pun
tak sadar akhirnya menggoyangkan pantatku seolah-olah memperlancar
gerakan batang kemaluan Oom Heru dalam liang kemaluanku.
Kepalaku
tanpa sadar bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang baru kali
ini kurasakan. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam
gejolak yang meletup-letup hendak pecah di dalam diriku.
Aku tak tahu entah bagaimana, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku.
Bless...
Perlahan
tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam libang
kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Oom
Heru yang sangat-sangat besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut
bagian bawahku. Oohhh rupanya mahkotaku sudah terenggut.
"Akhh.. Sakk... Kitthh.. Oomhh.." aku merintih dan tanpa sadar air mataku menetes.
Ada sebersit rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku begitu mudah menyerahkan mahkotaku yang paling berharga.
"Oomh.. Kok dimaassuukiin seemmua.. Ah..?" tanyaku.
"Maafkan Oom saayang. Oom nggak tahhan..!" ujarnya dengan lembut.
Ia pun menghentikan gerakan pantatnya. Air mataku mengalir tanpa dapat kutahan lagi.
"Jangan menangis sayang.." bisik Oom Heru di telingaku, "Oom sayang kamu"
Ada
secercah rasa bahagia saat kudengar bisikan mesranya di telingaku. Aku
pun terdiam dan ia pun terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Ooh betapa
indahnya.. Dalam diam itu aku dapat merasakan kehangatan batang
kemaluannya yang hangat dalam jepitan liang kemaluanku. Kembali rasa
nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang
kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar