Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air saat jemari Oom Heru
mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya
tak henti-hentinya menggocek dan berputar liar mempermainkan kelentitku.
"Akhh.. Oomphf.." desisanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.
Aku
sudah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan
semakin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan liar tubuhku aku
merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami orgasme!! Aku
semula tak tahu apa itu orgasme, yang jelas aku merasakan kenikmatan
yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan
tak bertenaga sesudah itu.
"Gimana sayang?" bisik Oom Heru di telingaku.
"Enak sayang?" lanjutnya.
Aku
hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu. Seharusnya ini tidak boleh
terjadi, kataku dalam hati menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal
dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu
hebat untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja saat tangan Oom Heru
mulai melucuti pakaianku satu per satu. Mula-mula kaos singletku
dilepasnya hingga payudaraku yang masih kencang terlihat terbungkus BH
cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya sudah
36B.
Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang. Sementara
aku yang sudah lemas tetap berdiri dipeluk Oom Heru dari belakang.
Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup
bagian dadaku karena malu dan jengah harus terlihat laki-laki dalam
keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru melepaskan pakaian
seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom Heru yang cukup lebat
menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang
lain-daripada yang lain.
Masih dengan setengah telanjang Oom
Heru memelukku dari belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku
hanya memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki
perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali
menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan sasaran serbuan bibirnya yang
panas. Kumisnya yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu punggungku
yang terbuka. Aku menggelinjang hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai
merayap di tulang belakangku.
Perlahan dari leher bibirnya
merayap ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan
kekangan yang mengekang payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru telah
menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi payudaraku yang
terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru telah mendekap kedua
payudaraku. Aku hanya pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan
mempermainkan payudaraku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga.
Tiba-tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari
itu. Aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu
menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku memegang tangan Oom Heru seolah-olah
membantunya untuk memuaskan dahagaku.
Dengan bibirnya Oom
Heru menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh
bagian atasku sudah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan
celana dalam yang masih menutupi tubuhku.
Setelah berhasil
melepaskan tali bra-ku, bibir Oom Heru kembali menyerbu punggungku.
Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membuat
syarafku semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap
meremas kedua belah payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus
enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke
atas pinggulku. Hal ini membuatku semakin menggelinjang kegelian.
"Ouchh.. Oomm su.. Sudahhh Oommmh" aku merintih.
Mulutku
bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku
seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan
ditarik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat
dan mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus menyerbu buah pantatku
kanan dan kiri secara bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan
rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan saat lidah Oom Heru
yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais
analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom Heru
menjilati lobang anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar heibat.
Selang
beberapa saat, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan
Oom Heru mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata
kaki. Lalu tanpa sadar aku membantunya dengan melepaskan CD-ku dari
kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom Heru pun rupanya sedang
sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper yang
dilepas.
Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah
benar-benar telanjang total dihadapan Oom Heru. Sungguh, aku belum
pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi
laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku
sendiri pula. Tetapi kini, Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku
seperti pasrah tanpa daya.
Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku
sehingga aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat itu sudah duduk
ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku.
Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir
dan kumis halus Oom Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.
Dadaku
semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Oom Heru melumat
mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir
semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti
berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata
batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat kencang terjepit antara
perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras
yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami.
Mengetahui
besarnya batang kemaluan Oom Heru aku jadi ingat saat aku masih TK
waktu diajari menyanyi guru TK-ku "Aku seorang kapiten mempunyai pedang
panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini
Oom ku seorang kapiten mempunyai peler (bahasa jawa batang kemaluan)
panjang..." memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu sudah Kapten! Cocok
bukan?
"Akh.., ja.. Jangan oomhh..!" kataku terbata-bata.
"Su.. Sudah.. Oomhh" desisku antara sadar dan tidak.
Oom
Heru memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang
kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku
masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku.
Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku.
Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat
menguasaiku. Harus kuakui, Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku.
Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah
membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Apalagi saat bibir Oom
Heru dengan penuh nafsu melumat kedua puting payudaraku yang sudah
sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas
Oom Heru menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang
kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di
selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai
tersentuh bibir kemaluanku yang sudah sangat basah.
Gejolak
liar yang berkobar dalam diriku semakin menggila. Hingga tanpa sadar aku
menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk memperoleh sensasi
gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang kemaluannya.
Oom
Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat
merasakan napasnya mulai terengah-engah dan batang kemaluannya
mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan.
Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar
kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar
mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur
yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara
refleks masih coba berontak.
"Sudah Oomhh! Jangan yang satu... Anna takut.." Kataku sambil meronta bangkit dari tempat tidur.
"Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna, percayalah sayang..." Jawab Oom Heru dengan napas memburu.
"Jang.. Jangan.. Oom.." protesku sengit.
Namun
seperti tidak perduli dengan protesku, Oom Heru segera menarik kedua
kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, namun
tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu
mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membuat Oom Heru dapat memandang seluruh tubuhku dengan leluasa.
"Kamu cantik dan seksi sekali sayang" katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang.
Dengan
tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi
tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha
menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi
dengan cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku dan merentangkannya.
Setelah itu Oom Heru membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan
wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.
Tanpa
membuang waktu, bibir Oom Heru mulai melumat bibir kemaluanku yang
sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah
tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali
merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut
penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung
meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati
liang kemaluanku dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.
Lidahnya
yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak
dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir
kemaluanku.
"Akhhh.. Oomhhh... Sud.. Sudahh Oommm.." bibirku
menolak tetapi tanganku malah menarik kepala Oom Heru lebih ketat agar
lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat
seolah menyambut wajah Oom Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.
Kini
aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang
karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan
kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa
geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru menjilat dan melumat
bibir kemaluanku.
Aku semakin melayang dan seolah-olah
terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan
tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir
Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik
kelentitku.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar