"Akhhh.. Akhhh.. Ohhh..." dengan diiringi jeritan panjang aku
merasakan orgasme yang ke sekian kalinya. Benar-benar pandai menaklukan
wanita Oom ku ini. Pantatku secara otomatis terangkat hingga wajah Oom
Heru semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang
lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami beberapa kali orgasme
tanpa ada coitus.
"Anna sayang.. Sekarang giliran Anna menyenangkan Oom ya.." bisiknya setelah napasku mulai teratur.
Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata-kata. Antara malu dan mau aku hanya merintih pelan.
"Mmhhh.."
Oom
Heru yang sudah pengalaman rupanya menyadari keadaanku yang masih hijau
dalam hal urusan bawah perut ini. Ia pun lalu membaringkan diri di
sisiku. Tangannya sekarang membimbing tanganku dan diarahkannya ke
bawah. Dengan mata terpejam karena jengah aku ikuti saja apa kemauannya.
Hatiku
berdesir saat tanganku dipegangkannya pada benda keras berbentuk bulat
dan panjang. Benda itu terasa hangat sekali dalam genggamanku. Ooh
betapa besarnya benda itu. Tanganku hampir tak muat menggenggamnya.
Setelah terpegang tanganku pun digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah
untuk mengocok benda itu. Oom Heru pun kemudian menarik tubuhku hingga
aku berbaring miring menghadapnya. Kepalaku ditariknya dan diciumnya
bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya mencari-cari lidahku dan tangannya
bergerilya lagi meremas-remas payudaraku.
Aku pun tak sadar
ikut mengimbanginya. Lidahku bergerak liar menyambut lidahnya dan
tanganku dengan agak kaku mengocok batang kemaluannya. Aku belum berani
melihat seperti apa kemaluan laki-laki. Aku masih terlalu malu untuk
itu."Mphh jangan keras-keras sayang... Sakit itunya" bisik Oom ku.
Rupanya aku terlalu keras mengocok batang kemaluannya sehingga Oom Heru
merasa kurang nyaman.
Kemudian setelah beberapa saat
berciuman, didorongnya kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke
dadanya yang bidang. Masih dengan mata terpejam aku mencoba menirukan
apa yang dilakukan Oom Heru padaku. Lidahku mulai menjilat puting
dadanya kiri dan kanan bergantian.
"Oohh.. Teruss sayanghhh.."
Oom Heru rupanya merasa nyaman dengan perlakuanku itu. Terus didorongnya kepalaku ke bawah lagi.
Kini
bibirku mulai menciumi perut dan pusar Oom Heru. Hal ini membuatnya
semakin meradang. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis seperti
kepedasan. Tangannya terus mendorong kepalaku ke bawah lagi. Kini aku
merasa daguku menyentuh benda keras yang sedang ku kocok, sementara
bibir dan lidahku tak henti-hentinya menciumi perut bagian bawahnya.
Kemudian ditekannya lagi kepalaku ke bawah. Rupanya ia menyuruhku
menciumi batang kemaluannya!
Dengan malu-malu kupegang batang
yang besar dan berotot itu. Lalu aku memberanikan diri untuk membuka
mataku. Lagi-lagi aku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika mataku
melihat batang kemaluan Oom Heru. Gila! Kataku dalam hati besar
sekali... Bentuknya coklat kehitaman dengan kepala mengkilat persis topi
baja tentara! Sementara itu kantong pelernya tampak menggantung gagah
dan penuh! Seperti ini rupanya batang kemaluan laki-laki. Sejenak aku
sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika batang kemaluan yang besar
dan keras itu dimasukkan ke lubang kemaluan perempuan, apalagi jika
perempuan itu aku. Gejolak liar kembali mengusikku.
Lamunanku
terputus saat tangan Oom Heru yang kekar menekan kepalaku dan
didekatkannya ke arah batang kemaluannya. Dengan canggung bibirku mulai
mencium batang kemaluannya. Aku sengaja membuang pikiran jijikku dengan
membayangkan bahwa aku sedang menjilat"Magnum" (Es Krim yang terkenal
besar dan enaknya itu!!). Dan ternyata aku berhasil!! Dengan
membayangkan aku sedang menikmati 'magnum'ku tanpa rasa jijik sekalipun
aku mulai menjilati batang kemaluan Oom Heru. Dari ujung kepala kemaluan
yang mengkilat hingga kantung biji peler yang menggantung penuh tak
luput dari jilatan lidahku.
Sambil berjongkok di lantai aku
terus menjilati menyusuri seluruh batang kemaluan Oom Heru yang besar
dan panjang itu. Sesekali dengan nakal kusedot biji peler bergantian
membuat pantat Oom Heru terangkat. Sementara kedua kaki Oom Heru
menjuntai ke lantai seperti posisiku tadi waktu selangkanganku dijilati
Oom Heru. Sesekali aku melirik bagaimana reaksinya. Ku lihat mulut Oom
Herus terus menceracau tak karuan.
"Terushh sayang.. Oohh nah... Terussshh oughhh" bagai orang gila Oom Heru terus menceracau.
Kemudian
Oom Heru bangun dan diangkatnya tubuhku. Kali ini aku dibaringkannya
dengan berhadap-hadapan. Kakiku masih menjuntai ke lantai. Ia berdiri di
antara kedua belah pahaku. Kemudian tangannya membimbing batang
kemaluannya yang sudah berlendir dan dicucukannya ke celah hangat di
tengah bukit kemaluanku. Aku tersadar. Antara nafsu dan ketakutan aku
menangis. Aku memohon.
"Ja.. Jangan Oommhh.. Ja.. Jangan yang itu".
Rupanya superegoku memenangkan pertarungan antara id dan superegoku. Ego ku mampu menekan gejolak liar ide ku.
"Kenapa sayang..?" tanya Oom Heru dengan suara parau.
"Anna... Takut Oomhh... To.. Tolong jangan yang itu.." kataku memohon.
"Ok.. Okay sayang.." kata Oomku sambil menghela nafas.
"Oom
tak akan masukkan sayang... Cuma diluar... Oom janji deh" lanjutnya
dengan suara parau karena sudah dikuasai oleh nafsu birahinya.
"Jang..
Jangan Oomhh," aku tetap menolak, "Anna enggak ingin kehilangan
satu-satunya yang paling berharga Oom" aku merintih antara nafsu dan
takut. Saat ia mulai mencucukkan ujung kepala kemaluannya di celah
kemaluanku yang sudah sangat basah.
"Anna sayang.. Apa..
Kamu.. Nggak kasihan padaku sayang.. aku sudah terlanjur bernafsu.. aku
nggak kuat lagi sayang, please aku.. Mohon," kata Oom Heru masih dengan
terbata-bata dan wajah yang memelas.
"Sudah 2 tahun Oom harus menahan ini sejak tantemu meninggal"
Tiba-tiba
Oom Heru beranjak dan dengan cepat mencucukkan batang kemaluannya yang
sudah sangat kencang di sela-sela bukit kemaluanku. Kini tubuh telanjang
Oom Heru mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada
bidang Oom Heru menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku,
ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini
kurasakan dekapan lelaki. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara
tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin
kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada
benda yang menggesek-gesek bibir kemaluanku. Ternyata Oom Heru
menggesek-gesekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang
sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan menggocek-gocekkan batang
kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku. Sehingga aku benar-benar
hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat
serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku
memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih mampu bertahan agar benda itu
tidak benar-benar memasuki liang kemaluanku.
"Oom, jangan sampai masuk..., diluar saja..!" pintaku.
Oom
Heru hanya mendengus dan tetap menggosok-gosokkan batang kemaluannya di
pintu kemaluanku yang semakin licin oleh cairan. Aku begitu terangsang.
Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan
kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Oom Heru yang masih
terengah-engah.
Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam
birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku kembali berkelejat menahan
kenikmatan. Aku harus mengakui kehebatan Oom Heru untuk yang kesekian
kalinya. Karena tanpa penetrasi pun ia telah sanggup membuatku orgasme
berkali-kali.
"Akhh.. Oomhh.. Shh... Ouchh.." tanpa sadar aku
menjerit ketika kurasakan kelentitku berdenyut-denyut dan ada sesuatu
yang menggelegak di dalam sana.
Mataku terbeliak dan tanpa
malu-malu lagi aku mengangkat pantatku menyambut gocekan batang kemaluan
oom Heru di bibir kemaluanku agar lebih ketat menekan kelentitku. Aku
berkelejotan, sementara napasku semakin memburu. Gerakanku semakin liar
saat liang kemaluanku berdenyut-denyut. Lalu aku terdiam tubuhku terasa
lemas sekali. Aku tak peduli lagi pada apa yang hendak dilakukan Oom
Heru pada tubuhku. Tulang-belulangku serasa lepas semua.
Setelah
itu Oom Heru bangkit dan mengambil body lotion yang ada di meja rias
kamar tamu dan dengan cepat ia menindihku. Dikangkanginya tubuhku. Kali
ini ia benar-benar menguasaiku. Dari kaca meja rias disamping tempat
tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa
ketika tubuh Oom Heru yang tinggi besar mulai menindihku. Lalu Oom Heru
membalur kedua payudaraku dengan lotion dan melemparkan botol itu
setelah ditutupnya kembali. Aku merasa lega karena setidak-tidaknya ia
telah menepati janjinya untuk tidak memasukkan batang kemaluannya ke
dalam liang kemaluanku.
Oom Heru kembali melumat bibirku. Kali
ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas
ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Oom Heru.
Oom Heru terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya
masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Bermenit-menit
kami terus berpagutan hingga akhirnya Oom Heru melepaskan bibirnya dari
pagutanku. Ia lalu menempatkan batang kemaluannya di belahan kedua
payudaraku yang sudah dilumuri body lotion. Kedua tangannya yang kekar
lalu memegang kedua buah payudaraku dan dijepitkannya pada batang
kemaluannya. Aku pun ikut membantunya dengan memegang lembut batang
kemaluannya.
Setelah batang kemaluannya terjepit kedua
payudaraku, ia mulai mengayunkan pantatnya maju mundur hingga batang
kemaluannya yang terjepit payudaraku bergerak maju mundur. Batang
kemaluannya yang begitu panjang membuat ujung kemaluannya
menyentuh-nyentuh bibirku. Lalu untuk membantunya menuntaskan nafsunya
akupun membuka mulutku dan menjilati ujung kemaluan itu setiap kali
terdorong ke atas. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga kurasakan
ayunan pantat Oom Heru mulai makin cepat. Gesekan batang kemaluannya
yang terjepit ke dua buah payudaraku pun semakin kencang. Nafasnya
semakin mendengus dan kulihat matanya terpejam seolah sedang menahan
sesuatu. Peluh telah membasahi kedua tubuh telanjang kami hingga
kelihatan mengkilap dan licin. Semakin lama gerakannya semakin cepat
disertai dengus nafas yang semakin menderu.
Tiba-tiba ia
seolah tersentak kurasakan batang kemaluannya yang terjepit dadaku mulai
mengedut-ngedut. Tubuhnya mengejat-ngejat seperti tersengat arus
listrik dan dari mulutnya keluar geraman dahsyat.
"Ugh.. Ugh.. Arghhh.. Akhhh".
Cratt.. Crat.. Cratt.. Cratt... Cratt..
Akhirnya
dari lubang di ujung kemaluannya menyemburlah cairan putih kental yang
banyak sekali. Sialnya cairan itu sebagian besar tumpah ke mulutku yang
sedang terbuka karena menjilati batang kemaluan itu.
"Glk.. Uhuk.. Uhuk.. Uhuk" aku hampir muntah karena tersedak cairan itu. Rupanya sebagian ikut tertelan.
"Oom Heru jahat... Uhuk.. Uhuk" sambil masih terbatuk-batuk aku menangis.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar