Pembaca tentu masih ingat aku bukan? Aku pernah berbagi cerita dalam
kisah terdahulu yang kuberi judul "Ritual Nikmat". Aku sangat berterima
kasih atas kritik dan tanggapan dari pembaca semua yang masuk ke alamat
e-mailku. Di antara sekian banyak komentar dan email ada salah satu
pembaca yang memintaku untuk menuliskan pengalamannya untuk berbagi
dengan pencinta situs ini. Berikut ini aku mencoba menceritakan kembali
apa yang telah diceritakannya padaku melalui SMS maupun email. Kali ini
aku akan bercerita melalui perspektif yang berbeda, yaitu perspektif
seorang wanita, bagaimana persepsinya terhadap pelecehan dan apa
keinginannya akan coba kutuangkan melalui kisah yang dialaminya. Untuk
itu kritik dan komentar pembaca sekalian kutunggu di e-mailku.
Bagi
pembaca yang berminat untuk berbagi pengalaman bisa kirim ke emailku
inyong2011@yahoo.com atau bagi mereka yang ada di Solo dan sekitarnya
bisa juga ketemu langsung dan berkenalan denganku. Sekali lagi aku mohon
kritik dan saran pembaca demi perbaikan di masa mendatang. Selamat
membaca sambil mengkhayal tentang seks tapi awas... Jangan sambil onani
lho! Memang ada pepatah yang mengatakan dibuang sayang.. Tetapi bila
disimpan malah bikin meriang!! Jadi dilemma bukan? Selamat membuang atau
meriang!
****
Aku adalah seorang gadis lajang. Saat
ini usiaku 24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang semuanya
perempuan. Dengan tinggi badan 168 dengan berat tubuh 56 membuat orang
menganggapku sebagai gadis yang seksi dan menggiurkan. Apalagi aku
selalu menjaga kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness secara rutin.
Orang bilang wajahku cantik. Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini
karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku hitam lurus sebahu. Sebut
saja namaku Anna.
Kegadisanku Direnggut Pamanku
Suatu
hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa aku lupa) saat itu aku sedang
tidak kuliah jadi aku sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti
biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah jam 07.00 malam.
Kakak-kakakku yang semuanya sudah menikah tinggal di rumah-masing-masing
yang tersebar di Jakarta dan Bandung, jadi praktis tinggal aku saja
sebagai anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya Bokap dan Nyokapku
selalu mendidik anak-anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak pernah
menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu membersihkan rumah, mencuci dan
menyetrika pakaian sendiri jika liburan.
Karena enggak ada
kuliah aku masih malas-malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya memakai
celana pendek mini dan kaos you can see aku duduk-duduk di depan TV
sambil nonton acara kegemaranku sinetron telenovela. Rencananya aku mau
mencuci dan memasak setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi
asyik-asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan bunyi bel pintu
yang ditekan berkali-kali.
Ting-tong... Ting-tong... Ting-tong!
"Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa sih!" makiku dalam hati karena kesal keasyikanku terganggu.
Dengan
malas aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Kulihat di
depan pintu ada seseorang yang berpakaian TNI sedang
cengangas-cengenges.
"Siapa pula orang ini! Keren juga" kataku dalam hati.
Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu. Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling kecil!
"Ooh
Oom Heru kapan sampai di Jakarta...! Kirain monyet dari mana yang
nyasar ke sini" teriakku gembira sambil terus menyalaminya.
Rupanya
benar itu pamanku yang sudah lama sekali tidak datang ke rumah sejak ia
ditugaskan ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2 tahun). Oh iya
aku hampir lupa, aku tinggal di Jakarta bagian selatan, tepatnya di
daerah Mampang.
Oomku ini seorang perwira menengah yang masih
muda, ia berpangkat Kapten waktu itu. Umurnya waktu itu baru 31 tahunan
dan ia duda tanpa anak karena istrinya meninggal saat melahirkan anaknya
satu tahun yang lalu. Orangnya tinggi besar dan gagah seperti papaku.
Tingginya mungkin sekitar 175 Cm dengan berat badan seimbang. Kulitnya
agak hitam karena banyak terbakar matahari di daerah konflik sana.
"Baru
aja nyampe!! Terus mampir ke sini!.. Lho Anna.. Emang.. Kamu enggak
kuliah? Mana papa dan Mamamu?" kulihat matanya jelalatan melihat
pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun seperti tercekik.
"Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!" kataku dalam hati.
"Enggak
Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari ini! Papa sama Mama kan kerja!
Entar sore baru pulang!" jawabku agak jengah juga melihat tatapan mata
Oomku yang jelalatan seolah-oleh hendak melumat dan menelan tubuhku.
"Memang Oom Heru sedang cuti?" tanyaku untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku.
"Lho..
Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan tugasnya sudah selesai dan sekarang
dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu depan Oom Heru sudah masuk
barak lagi di Jakarta sini"
Matanya makin jelalatan menelusuri
seluruh tubuhku, sementara tanganku yang menyalaminya masih
digenggamnya erat-erat seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku
merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan kuat menggenggam jemariku.
"Nah daripada nunggu di mess mending Oom Heru ke sini biar ada teman" katanya.
Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman.
"Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin enggak enak lho!"
Aku
pun membawa tasnya ke kamar yang depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu
kalau ia menginap di rumahku. Saat aku sedang membungkuk membenahi
seprei tempat tidur yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua
tangan kekar memelukku dari belakang. Aku tidak mampu meronta karena
dekapan itu begitu kuat. Terasa ada dengusan napas hangat menerpa
pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua tangan kekar mendekapku dan kedua
telapak tangannya saling menyilang di pinggang kanan-kiriku yang
ramping. Aku memberontak, namun apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat
untuk kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata Oom Heru yang
sedang memelukku dan mencium pipiku.
"Oom ngapain! Lepasin dong Oom!" Aku berteriak agar dilepaskannya.
Karena
terus terang aku belum pernah yang namanya dipeluk laki-laki! Apalagi
pakai dicium segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh Oom Heru mulai
bergerak ke atas dan mulai meremas payudaraku dari luar kaos singletku.
Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru semakin menggila!
"Diam
sayang... Dari dulu Oom sangat menyayangimu" bisiknya di telingaku
membuat aku geli saat ada dengusan nafas hangat menyembur bagian
sensitif di belakang telingaku.
Dekapannya semakin ketat
sampai aku merasakan ada semacam benda keras menempel ketat di belahan
pantatku. Aku semakin menggelinjang kegelian saat bagian belakang
telingaku terasa digelitik oleh benda lunak hangat dan basah! Ooh..
Rupanya Oom Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku. Tanpa sadar
aku melenguh.. Ada rasa aneh menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru
sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini terbukti bahwa aku yang
belum pernah bersentuhan dengan lelaki merasa begitu nyaman dan
merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.
"Ja.. Jangan Oomhh!" Aku mendesis antara menolak dan enggan melepaskan diri.
Bibir
Oom Heru semakin menjalar ke depan hingga akhirnya bibirnya mulai
melumat bibirku. Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah. Tanganku
sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan Oom Heru yang sedang
sibuk meremas dan mendekap kedua payudaraku.
Napas Oom Heru
semakin menggebu seperti kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar
menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun tak tahan lagi.. Tubuhku
seolah mengawang hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa pijakan.
Sekarang tubuhku sudah bersandar sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang
terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan sensasi yang baru pertama
kali ini aku alami. Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan lidah
Oom Heru yang bergerak-gerak liar. Selama beberapa saat lidahku dan
lidah oom Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit yang sedang
bertarung.
Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat dekat
dengan wajahku dan tangannya merangkul dan meremas kedua payudaraku.
Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar. Aku merasakan ada
sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan. Kubiarkan saja tangan
Oom Heru saat mulai menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.
Aku
semakin menggelinjang saat tangannya mulai meraba perutku yang masih
rata. Perlahan namun pasti tangannya mulai merayap ke atas dan ke bawah.
Tangan kanan Oom Heru mulai menyentuh payudaraku yang terbungkus BH
tipis itu, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke balik celana
pendek ketatku. Aku tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan mulai
meremas rambutnya.
Tubuh kami masih berhimpit berdiri
menghadap searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari belakang.
Bibirnya melumat bibirku sementara kedua tangannya mulai meraba dan
meremas bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun tak tinggal diam
tanganku tetap meremas-remas rambutnya yang cepak seperti "rambutan
sopiyah" (memang seperti lazimnya anggota TNI harus berambut cepak...
Kalau gondrong soalnya malah dikira preman kali!!)
Untuk
beberapa lama, Oom Heru masih melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku
juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara tak sadar aku juga
membalas melumat bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum menyadari atau
mungkin terlena hingga tak menolak saat tangan Oom Heru mulai menyusup
ke dalam BH-ku dan menyentuh apa yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin
memburu dan aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah.
Apalagi saat ibujari dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan puting
payudaraku yang sudah semakin mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar
hingga benda keras yang menempel ketat di belahan pantatku kurasakan
semakin mengeras.
Desakan aneh semakin kuat mendorong di
bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat tangan kiri Oom Heru dengan
lembut mulai memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di selangkanganku.
(Namanya Bukit Berbulu!! Kalau Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit
Berbunga.. Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat bukit
berbulunya kepegang lak-laki seperti aku ini!! Ooh indah sekali!! Lebih
indah daripada bukit yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau bilang
enggak... ).
Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom Heru
mulai menyentuh belahan hangat di selangkanganku. Jari-jarinya terasa
licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkanganku. Rupanya aku
sudah begitu basah.. Dan Oom Heru tahu kalu aku sudah dalam
genggamannya. Aku memang sudah menyerah dalam nikmat sedari tadi.
Apalagi aku memang juga mengagumi Oomku yang keren ini.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar