Beberapa saat masih terngiang tentang kejadian tadi. Adikku yang
tersayang telah aku saksikan dalam kondisi paling privat. Tiba-tiba
secara fisik aku merasa Dody seperti bukan adik kecilku yang dulu selalu
bergulat berguling-guling di lantai denganku yang sampai kemarin masih
suka bermanja-manja di pangkuanku. Masih terngiang bentuk batang
kemaluannya yang menurutku besar. Dalam hal ini aku betul-betul buta
tentang ukuran-ukuran itu, bayanganku dulu batang kemaluan paling besar
dan panjang adalah sebesar kemasan Redoxon saja. Tetapi di kemudian hari
kuketahui bahwa memang ada batang kemaluan yang segitu bahkan lebih
kecil, tetapi ada juga yang sebesar botol Aqua ukuran sedang itu.
Aku
membandingkannya dengan bentuk kemaluanku sendiri yang kecil, jika ada
benda yang jauh lebih besar dari lingkarannya bagaimana bisa masuk, tapi
kemudian terpikir olehku jika bayi saja bisa keluar mengapa benda yang
lebih kecil darinya tidak bisa masuk. Aku tidak bisa membayangkan kalau
dulu aku sering melihat Dody telanjang dan burungnya itu paling-paling
cuma sebesar jempol tanganku, tapi sekarang sungguh berbeda, melihatnya
batang kemaluan Dody yang sebesar dan sepanjang itu benar-benar membuat
shok. Apalagi dalam keadaan sedang berfungsi seperti itu.
Tiba-tiba
aku dikagetkan oleh pintu kamarku yang terbuka dan melihat Dody sedang
memegang botol Sari Ayu-ku dan terpaku di pintu.
"Eh.. Mbak.. udah pulang ya?" tangannya berusaha menutupi botol lotion itu tapi tak berhasil.
"Itu
Sari Ayu-ku khan? Buat apa hayo?" Didikan papaku tiba-tiba saja keluar,
tegas dan tanpa basa-basi. Dody berdiri di pintu dan memandangku. Aku
masih duduk di tepi ranjang, aku melihatnya berkeringat deras sekali.
"Ke
sini!" aku sedikit menguatkan suaraku, dan dia bergerak mendekatiku
terus duduk di sampingku. Aku memeluknya dan terdiam beberapa saat. Aku
tidak sanggup memilih kata-kata, aku menyadari apa yang dilakukannya
barusan jauh lebih baik daripada dia melakukannya benaran untuk
melampiaskan nafsunya.
"Sudah sana mandi dulu, Mbak udah tahu
semua!" dia pun bangkit dan bergerak keluar kamarku. Sempat-sempat aku
melirik pantatnya yang bagus bulat dan tampak kokoh, tercetak di balik
celana pendeknya.
Kejadian ketiga inilah inti dari keseluruhan
ceritaku. Saat itu Dody sudah naik kelas tiga dan aku sendiri sudah
berani raba-rabaan sama Pin-pin. Meski jarang yang sampai telanjang
bulat, kadang-kadang apa yang dilakukan Pin-pin bisa membuatku melayang,
aku tidak tahu apakah itu yang disebut orgasme atau tidak. Cuma
setelahnya memang membuatku sayang banget sama Pin-pin. Kadang-kadang
aku melakukan masturbasi juga. Sebaliknya Dody dalam pengamatanku
sekarang jadi anak yang serius dan cenderung jadi pendiam.
Sesekali
Pin-pin mengajakku nonton film blue, kadang-kadang di rumahnya yang
besar kadang-kadang juga di kamarku, untuk menambah pengetahuan
alasannya. Meskipun tidak sering, sesekali setelah nonton film itu, kami
bercumbu. Pertama sih cuma cium-ciuman saja, lama kelamaan aku jadi
semakin berani dilucuti. Kalau dulu diraba saja sudah gemetaran,
sekarang kalau cuma dicium rasanya seperti ada yang kurang.
Kadang-kadang rabaannya membuatku melayang dan membuatkan membiarkannya
melepaskan pakaianku. Sering cumbuannya begitu merangsangku sehingga
kadang ketika tersadar Pin-pin sudah berada di antara pahaku yang
terbentang dan aku merasakan batang kemaluannya sudah menempel di pintu
lubang kemaluanku dan kurasakan seperti sedang menekan-nekan masuk.
Kadang kepalanya sudah hampir masuk semua. Sampai tahap itu biasanya aku
tersadar, bangkit dan mendorongnya perlahan-lahan, memeluknya sambil
berbisik.
"Kamu kan janji, nggak sampai begini khan?"
Biasanya
Pin-pin tersadar dan tidak marah. Kadang sebagai tanda terima kasihku,
aku membaringkannya dan sambil duduk di atas lututnya bertelanjang
bulat, aku menyelesaikan nafsunya itu. Aku urut batang kemaluannya
perlahan-lahan, dan mengadopsi dari ilmunya si Dody, aku mengoleskan
Sari Ayu untuk bahan pelicin. Ejakulasinya kadang-kadang kuat sekali
menerpa dada dan perutku. Begitu kuat sampai lututnya kurasakan gemetar
dan kejang kurasakan di selangkanganku yang mendudukinya. Secara umum
aku masih perawan sampai saat ini (jika ukurannya sudah penetrasi atau
belum).
Kejadiannya dengan Dody terjadi di suatu sore hari.
Hari itu hari libur dan di kampus ada acara hiking pada hari sebelumnya
dan baru selesai pada sekitar jam 3 sore. Pokoknya super lelah deh. Saat
itu hujan deras sekali, dan sekalian berbasah-basah aku boncengan sama
Pin-pin pulang. Pin-pin hanya mengantarku sampai depan rumah dan
langsung pulang. Aku sambil berbasah-basah, aku membuka kunci pintu
rumah, langsung ke kamar mandi belakang untuk melepas bajuku yang basah
kuyup. Aku lihat Dody sedang tertidur nyenyak di atas karpet di ruang
tengah. Sementara itu hujan di luar tampak semakin deras saja.
Aku
segera melepas kaosku yang basah kuyup, bra, celana jeans dan celana
dalamku. Aku merasakan kulit pinggulku seperti berkerut-kerut kedinginan
terkena air hujan, terutama di bagian karet celana dalamku yang
membentuk tekstur akibat tergencet dua hari berturut-turut. Perutku
rasanya dingin sekali, payudaraku mengeras dan terutama putingnya yang
tegak mengacung akibat kedingingan. Aku memakai piyama warna pink muda
yang tadi aku sambar dari jemuran dan tanpa mengenakan apa-apa di
baliknya aku mengenakannya setelah membilas diri di shower. Guyuran
airnya rasanya hangat dibandingkan terpaan air hujan tadi.
Aku
keluar dari kamar mandi berpiyama dan memasukkan pakaian kotor tadi di
tempat cucian dan bergegas masuk rumah. Dody masih tertidur dengan
nyenyak di karpet, TV masih menyala, sementara itu hujan terdengar
semakin keras saja disertai angin dan petir. Perutku tiba-tiba terasa
begitu lapar, sementara itu badanku rasanya pegal-pegal. Aku ambil roti
di atas meja dan memakannya dengan rakus sambil rebahan di sofa. Dody
bercelana pendek dan berkaos oblong sedang tertidur nyenyak terdengar
dari suara dengkurannya perlahan-lahan. Di celana pendeknya terlihat
bongkahan besar buah zakarnya dan samar-samar tercetak sebentuk batang
seukuran lem UHU stick ukuran kecil tampak mengarah ke atas agak miring
ke kiri. Kaosnya agak terangkat sedikit ke atas sehingga perutnya
terlihat samar-samar ditumbuhi bulu-bulu halus.
Aku habiskan
setangkup sandwich dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan
di sofa panjang di ujung karpet di mana Dody sedang tertidur. TV sedang
menayangkan MTV most wanted, VJ-nya Sarah, kemudian ada lagu dari
Westlife. Boleh juga boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena
lelahnya, aku rebahan di sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan
tubuhku mulai menghangat meskipun hanya diselimuti piyama tipis itu
tanpa apa-apa di baliknya. Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di
antara pahaku dan merasakan hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian
bawah. Dody membalikkan badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak.
Maksudku
saat itu rebahan sebentar kemudian aku masuk kamar ganti baju dan terus
tidur di kamar, eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur
di sofa saat itu. Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan
kali itu saja. Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat berganti
piyama, atau setidaknya memakai sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak
menyadari saat aku tertidur, sesosok mata sedang menyaksikanku dari
jarak yang begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadari
kain piyamaku tersingkap dan ketika kaki kananku terangkat dan menyandar
di sandaran sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terbuka
lebar hanya sekian meter saja dari seorang anak muda yang sedang dalam
puncak-puncaknya mencari pengetahuan tentang seks.
Sementara
aku sendiri sedang bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sedang dituntun
Pin-pin sedang menuruni bukit. Tapi saat itu aku merasakan hanya kami
berdua saja dan merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh
dengan rumput-rumput yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya
yang indah. Pin-pin mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil
memandangi dataran di bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle.
Pin-pin memelukku dan aku merasakan dadanya yang luas dan kuat sedang
merengkuhku dengan hangat mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung
itu.
Kemudian aku merasakan nikmatnya ketika jemari-jemarinya
mulai meremas-remas payudaraku, putingku dijepitnya dengan jari tengah
dan telunjuk. Aku mulai merengkuh pinggulnya dan menggerakkan tanganku
ke selangkangannya dan menemukan bahwa batang kemaluannya itu telah
terbuka sehingga aku bisa merasakan tekstur kulit yang seperti berulir
oleh urat-urat yang menonjol. Sementara itu aku merasakan tangannya
bergerak menyusup di antara pahaku dan tiba-tiba aku merasakan telah
telanjang bulat. Jemarinya membelai-belai selangkanganku dan mengucek
klitorisku dengan cepat. Aku merasakan gairah yang semakin naik, dan
tiba-tiba aku merasakan ada anak-anak kecil berlarian di antara kami.
Aku melihat senyuman Pin-pin dan ketika aku meraih wajahnya aku
merasakan sesuatu yang hangat mulai masuk perlahan-lahan ke dalam
tubuhku melalui selangkanganku.
Gairahku semakin naik seiring
dengan masuknya batang kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di
antara dadaku sehingga dadanya menghimpit payudaraku dan tiba-tiba
kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku
merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik
klitorisku. Tampaknya seluruh batangnya telah masuk. Dia mengangkat
pahaku dan membukanya lebar-lebar sebelum dia menarik pinggulnya
sehingga batangnya tertarik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa
nikmat. Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia
menghentakkan pinggulnya dengan kuat.
Ketika aku membuka mata
aku akan menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku
tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku
berada di pinggiran sofa. Piyamaku terbuka lebar sehingga perut dan
dadaku terbuka. Sepasang tangan merangkul punggungku dengan kuat di
antara piyamaku yang terbuka. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa,
tertindih pinggul dan perutnya sementara paha kiriku berjuntai ke lantai
tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membuatku menjerit.
Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang
terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika
ditarik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan.
Kesadaranku masih
sedikit melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh
aku meronta. Dody menindihku dan sedang bergerak-gerak perlahan
menusuk-nusukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku. Kedua
tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terbuka sehingga
membuat kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat
di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan
kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi
bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja
deras.
Aku menjambak rambutnya dan meronta-rontakan kedua
pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua tangannya mengelus-elus
punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup kuat melawan kehendaknya,
apalagi kondisiku saat itu begitu lelahnya. Sehingga akhirnya yang
terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya memompaku dengan cepat dan
kuat. Gesekan-gesekan batang kemaluannya betul-betul mengkanvaskanku.
Antara rasa nikmat yang kadang-kadang sempat muncul dan rasa perih yang
juga bersamaan terasa, membuatku benar-benar di bawah kungkungan
nafsunya.
Rasanya lama sekali dia melakukan itu, cukup lama
untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa nikmat yang aneh. Sampai
suatu saat Dody melepaskan rangkulannya dan mulai bergerak cepat sekali
menggesek-gesekkan batang kemaluannya. Meskipun tubuhku lepas dari
kungkungan itu, tapi tubuhku sudah tidak sanggup lagi bereaksi terhadap
perbuatannya dan membiarkannya menyelesaikannya.
Beberapa saat
kemudian Dody seperti mengejang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu
yang hangat di dalam liang kenikmatanku, sesuatu yang tiba-tiba
mengalirkan rasa nyaman yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar
apa yang terjadi dan bangkit sambil berteriak dan mendorong tubuhnya
sehingga menekuk batang kemaluannya yang sedang menusuk-nusuk sangat
cepat ke dalam tubuhku.
"Dod.. jangan di dalam..!" Tapi aku
terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar sperma ke dalam lubang
kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat
ketika aku meronta dan menyebabkan batang kemaluannya terlepas dari
dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan
mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua,
ujung masih sempat menyemprotkan cairan spermanya dan jatuh
bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya
menetes jatuh ke karpet.
Dengan lemah aku bangkit dan
menamparnya keras sekali, dan dengan sisa-sisa tenaga aku berlari masuk
ke kamar dan membanting pintunya dengan kuat. Aku menangis
sejadi-jadinya di atas ranjang. Kejadian di sore hari itu membuatku tak
bisa berpikir sampai berhari-hari. Bayangkan adikku sendiri memperkosaku
justru di saat aku mulai menganggapnya berubah. Meskipun aku sendiri
tidak menganggapnya sepenuhnya salah. Aku merasa salah juga saat itu
mengapa memberikannya peluang, di saat aku betul-betul lengah.
Setidaknya aku berpikir masih untung dia bukanlah adik kandungku
sendiri. Aku bahkan tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Tidak kepada
Papa dan Mama, apalagi kepada Pin-pin. Salah satu pikiran terberatku,
bagaimana kalau aku hamil mengingat begitu banyak spermanya yang masuk
ke dalam liang kenikmatanku. Justru bukan di persenggamaannya aku
terbebani, malahan kadang-kadang aku masih sering memimpikan apa yang
dilakukannya padaku itu. Juga aku bertanya-tanya kenapa tidak ada darah
yang keluar, bukankah aku sendiri merasa belum pernah melakukan itu.
Kelegaan
aku alami ketika sampai sekian bulan aku tidak pernah telat mendapatkan
haid. Tapi sampai berbulan-bulan kemudian aku jarang bertegur sapa
dengan Dody, kami seperti dua orang di dua dunia yang berbeda. Dody
sibuk dengan urusannya sendiri begitu juga aku. Juga hubunganku dengan
Pin-pin jadi agak canggung, kami jadi jarang bercumbu. Aku takut
ketahuan Pin-pin bahwa seseorang telah merasakanku sebelumnya. Sekarang
Dody telah kuliah di Bandung dan kami jarang-jarang sekali ketemu.
Setiap ketemu selalu ada rasa tertentu yang muncul setiap kali dia
memandangku. Papa dan Mama selalu bangga pada kami berdua.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar